Lomba blog oleh kambing jantan

Senin, 29 Desember 2008

Ku nanti Dengan Senyuman

Ini tgl 30 Desember 2008, akhir dari 2008 tahun ini bgtu sulit kulalu, banyak bgt pelajaran yg ku dapat,
Tahun ini tahun berduka bagi ku karena aku kehilangan ayahnda ku tercinta, kegagalan dan kegagalan, cinta yang lum berujung, rindu yg tak berujung dan tak bertepi, pergilah 2008 pergi………………, pergilah kesedihan pergilah jauh dari hidupku
2008 penuh dg air mata, 2009 ku nanti senyuman ku harap segala kegagalan ku tak terulang lagi, biarkan aku bahagia YA Allah, aku ingin bahagia.

datang dan pergi, rahasia Nya bgtu agung, tiada yg bisa tahu apa yg akan terjadi, detik terakhir adalah yg paling berharga karena tak kan terulang lagi, ke egoisan menghancurkan hidup, kekerasan hati adalah badai kehidupan, aku tahu ini namun napa aku suka bgt mengulang-ulang masalah napa aku selalu ego dan ga bisa sabar,,,
lelah ini kubuat sendiri, letih ini kuciptakan sendiri, aku yang ga mau lepas dari keterpurukan ku dan tak bisa bangkit hanya menikmatin air mata yang sangat kubenci.
namun aku sadar bahwa kasih sayang IBU dan keluarga lah yg utama, demi IBU aku mau bangkit aku tak rela dia menangis karena kerapuhan ku, Air mata IBU ku terlalu mahal karena melihat aku menanggis, di tiap doa nya selalu mendoa kan aku,
2009 ku nanti tawa ku dan kelurga ku, 2009 bahagialah 2009 penuh harapan baru,,,,,,
harapan akan bisa tersenyum.
semoga semua mimpi yang tertunda kan terwujud 2009. aminn
ku serah kan hidup dan matiku pada mu Ya Allah.

Rabu, 17 Desember 2008

Aku Menangis untuk Adikku 6 Kali

> Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat
> terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning,
> dan punggung mereka menghadap ke langit.
> Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku.
>
> Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang
> mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya,
> Aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku.
> Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat
> adikku dan aku berlutut di depan tembok,
> dengan sebuah tongkat bambu di tangannya.
> "Siapa yang mencuri uang itu?" Beliau bertanya. Aku
> terpaku, terlalu takut untuk berbicara.
> Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi
> Beliau mengatakan, "Baiklah, kalau begitu, kalian
> berdua layak dipukul!"
> Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi.
> Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan
> berkata, "Ayah, aku yang melakukannya!"
>
> Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku
> bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia
> terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas.
> Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu
> bata kami dan memarahi, "Kamu sudah belajar mencuri dari rumah
> sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa
> mendatang? ...
> Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!"
>
> Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan
> kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata
> setetes pun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis
> meraung-raung.
> Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan
> berkata, "Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi."
>
> Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki
> cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi
> insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah
> akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku
> berusia 8 tahun. Aku berusia 11.
>
> Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia
> lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya
> diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah
> berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi
> bungkus. Saya mendengarnya memberengut, "Kedua anak kita memberikan
> hasil yang begitu baik...hasil yang begitu baik..." Ibu mengusap air
> matanya yang mengalir dan menghela nafas, "Apa gunanya? Bagaimana
> mungkin
> kita bisa membiayai keduanya sekaligus?"
>
> Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah
> dan berkata, "Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah
> cukup membaca banyak buku." Ayah mengayunkan tangannya dan memukul
> adikku pada wajahnya. "Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu
> keparat lemahnya?
> Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan
> saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!" Dan begitu
> kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam
> uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku
> yang
> membengkak, dan berkata, "Seorang anak laki-laki harus meneruskan
> sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang
> kemiskinan ini." Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi
> meneruskan ke universitas.
>
> Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang,
> adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan
> sedikit
> kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan
> meninggalkan secarik kertas di atas bantalku: "Kak, masuk ke universitas
>
> tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang."
>
> Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku,
> dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun
> itu,
> adikku berusia 17 tahun. Aku 20.
>
> Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan
> uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di
> lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas).
>
> Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku
> masuk dan memberitahukan, "Ada seorang penduduk dusun menunggumu
> di luar sana!"
>
> Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku
> berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor
> tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, "Mengapa kamu tidak
> bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?" Dia menjawab,
> tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir
> jika
> mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?"
>
> Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku
> menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam
> kata-kataku, "Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku
> apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu..."
>
> Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut
> berbentuk kupu-kupu.
> Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan,
> "Saya melihat semua gadis kota memakainya.
> Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu."
> Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku
> menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis.
> Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.
>
> Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca
> jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana.
> Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku.
> "Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan
>
> rumah kita!" Tetapi katanya, sambil tersenyum, "Itu adalah adikmu yang
> pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka
> pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu.."
>
> Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat
> mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku.
> Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan mebalut lukanya.
> "Apakah itu sakit?" Aku menanyakannya.
> "Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di
> lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap
> waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan..."
> Ditengah kalimat itu ia berhenti.
> Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata
> mengalir deras turun ke wajahku.
> Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.
>
> Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Banyak kali
> suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal
> bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau.
> Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun,
> mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku
> tidak setuju juga, mengatakan, "Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan
> menjaga ibu dan ayah di sini."
>
> Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan
> adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen
> pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut.
> Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.
>
> Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk
> memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik,
> dan masuk rumah sakit. Suamiku dan
> aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada
> kakinya, saya menggerutu, "Mengapa kamu menolak menjadi manajer?
> Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti
>
> ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak
> mau mendengar kami sebelumnya?"
>
> Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela
> keputusannya. "Pikirkan kakak ipar--ia baru saja jadi direktur, dan
> saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu,
> berita seperti apa yang akan dikirimkan?"
>
> Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar
> kata-kataku yang sepatah-sepatah: "Tapi kamu kurang pendidikan juga
> karena aku!"
>
> "Mengapa membicarakan masa lalu?" Adikku menggenggam
> tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29.
>
> Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang
> gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara
> perayaan itu bertanya kepadanya, "Siapa yang paling kamu hormati
> dan kasihi?" Tanpa bahkan berpikir ia menjawab, "Kakakku."
>
> Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah
> kisah yang bahkan tidak dapat kuingat. "Ketika saya pergi sekolah SD, ia
>
> berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan
> selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah.
> Suatu hari, Saya kehilangan satu dari sarung tanganku.
> Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia
> hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu.
> Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang
> begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu,
> saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan
> baik kepadanya."
>
> Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu
> memalingkan perhatiannya kepadaku.
>
> Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku,
> "Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku."
> Dan
> dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan
> perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.
>
>
> Diterjemahkan dari : "I cried for my brother six times

Sabtu, 06 Desember 2008

Delapan Kado Terindah

Aneka kado ini tidak dijual di toko. Anda bisa
menghadiahkannya setiap saat, dan tak perlu membeli !
Meski begitu, delapan macam kado ini adalah hadiah
terindah dan tak ternilai bagi orang-orang yang Anda
sayangi.

1. KEHADIRAN

Kehadiran orang yang dikasihi rasanya adalah kado yang
tak ternilai harganya. Memang kita bisa juga hadir
dihadapannya lewat surat,telepon, foto atau faks.
Namun dengan berada disampingnya. Anda dan dia dapat
berbagi perasaan, perhatian , dan kasih sayang secara
lebih utuh dan intensif. Dengan demikian, kualitas
kehadiran juga penting. Jadikan kehadiran Anda sebagai
pembawa kebahagian.
NB.: pantes ya.. setiap kali hari raya keagamaan,
orang selalu berbondong-bondong mudik...



2. MENDENGAR

Sedikit orang yang mampu memberikan kado ini, sebab,
kebanyakan orang lebih
suka didengarkan, ketimbang mendengarkan. Sudah lama
diketehui bahwa keharmonisan hubungan antar manusia
amat ditentukan oleh kesediaan saling mendengarkan.
Berikan kado ini untuknya. Dengan mencurahkan
perhatian pada segala ucapannya, secara taklangsung
kita juga telah menumbuhkan kesabaran dan kerendahan
hati. Untuk bisa mendengar dengan baik, pastikan Anda
dalam keadaan betul-betul relaks dan bisa menangkap
utuh apa yang disampaikan. Tatap wajahnya. Tidak perlu
menyela, mengkritik, apalagi menghakimi. Biarkan ia
menuntaskannya. Ini memudahkan Anda memberi tanggapan
yang tepat setelah itu. Tidak harus berupa diskusi
atau penilaian. Sekedar ucapan terima kasihpun akan
terdengar manis baginya.


3. D I A M

Seperti kata-kata, didalam diam juga ada kekuatan.
Diam bisa dipakai untuk menghukum, mengusir, atau
membingungkan orang. Tapi lebih dari segalanya. Diam
juga bisa menunjukkan kecintaan kita pada seseorang
karena memberinya " ruang". Terlebih jika sehari-hari
kita sudah terbiasa gemar menasihati, mengatur,
mengkritik bahkan mengomeli.


4. KEBEBASAN

Mencintai seseorang bukan berarti memberi kita hak
penuh untuk memiliki atau mengatur kehidupan orang
bersangkutan. Bisakah kita mengaku mencintai seseorang
jika kita selalu mengekangnya ? Memberi kebebasan
adalah salah satu perwujudan cinta. Makna kebebasan
bukanlah, "Kau bebas berbuat semaumu." Lebih dalam
dari itu, memberi kebebasan adalah memberinya
kepercayaan penuh untuk bertanggung jawab atas segala
hal yang ia putuskan atau lakukan


5. KEINDAHAN

Siapa yang tak bahagia, jika orang yang disayangi
tiba-tiba tampil lebih ganteng atau cantik ?
(eh..)Tampil indah dan rupawan juga merupakan kado
lho. Bahkan tak salah jika Anda mengkadokannya tiap
hari ! Selain keindahan penampilan pribadi, Anda pun
bisa menghadiahkan keindahan suasana dirumah. Vas dan
bunga segar cantik di ruang keluarga atau meja makan
yang tertata indah, misalnya.


6. TANGGAPAN POSITIF

Tanpa, sadar, sering kita memberikan penilaian negatif
terhadap pikiran, sikap atau tindakan orang yang kita
sayangi. Seolah-olah tidak ada yang benar dari dirinya
dan kebenaran mutlak hanya pada kita. Kali ini, coba
hadiahkan tanggapan positif. Nyatakan dengan jelas dan
tulus. Cobalah ingat, berapa kali dalam seminggu
terakhir anda mengucapkan terima kasih atas segala hal
yang dilakukannya demi Anda. Ingat-ingat pula,
pernahkah Anda memujinya. Kedua hal itu, ucapan terima
kasih dan pujian (dan juga permintaan maaf ), adalah
kado cinta yang sering terlupakan.


7. KESEDIAAN MENGALAH

Tidak semua masalah layak menjadi bahan pertengkaran.
Apalagi sampai menjadi cekcok yang hebat. Semestinya
Anda pertimbangkan, apa iya sebuah hubungan cinta
dikorbankan jadi berantakan hanya gara-gara persoalan
itu? Bila Anda memikirkan hal ini, berarti Anda siap
memberikan kado " kesediaan mengalah". Okelah, Anda
mungkin kesal atau marah karena dia telat datang
memenuhi janji. Tapi kalau kejadiannya baru sekali
itu, kenapa mesti jadi pemicu pertengkaran yang
berlarut-larut ? Kesediaan untuk mengalah sudah dapat
melunturkan sakit hati dan mengajak kita menyadari
bahwa tidak ada manusia yang sempurna didunia ini.


8. SENYUMAN

Percaya atau tidak, kekuatan senyuman amat luar biasa.
Senyuman,terlebih yang diberikan dengan tulus, bisa
menjadi pencair hubungan yang beku, pemberi semangat
dalam keputus asaan. pencerah suasana muram, bahkan
obat penenang jiwa yang resah. Senyuman juga merupakan
isyarat untuk membuka diri dengan dunia sekeliling
kita. Kapan terakhir kali anda menghadiahkan senyuman
manis pada orang yang dikasihi ?

Semangat Hidup

Semangat Hidup
10 Langkah utama untuk meraih masa depan cerah
1. Milikilah keyakinan bahwa masa depan anda pasti cerah.
Pertahankanlah keyakinan itu apapun yang terjadi
Dengan memiliki keyakinan yang positif anda sudah
melangkah maju ke depan.Orang yang yakin berhasil
cenderung sukses,orang yang pesimis biasanya GAGAL.
2. Kenalilah potensi diri,kelebihan dan kekurangan anda.
Kalau mengalami kesulitan ,mintalah bantuan teman
atau psikolog.Semakin anda mengenal potensi diri
semakin mudah bagi anda untuk menentukan tujuan.
3. TETAPKANLAH TUJUAN DENGAN JELAS.
Tanpa tujuan yang jelas, anda akan kehilangan arah
setelah anda menetapkan tujuan,anda bisa menentukan
langkah-langkah yang harus diambil untuk sampai
tujuan.
4. BERGERAKLAH SELANGKAH DEMI SELANGKAH UNTUK MEWUJUDKAN
CITA-CITA DENGAN USAHA YANG KERAS.
Kalau anda pelajar,belajarlah sebaik mungkin
Kalau anda pengurus organisasi,jadilah pengurus yang
bisa diandalkan.
Kegiatan apapun yang anda jalankan dengan baik di masa
sekarang,akan sangat menunjang sukses di masa depan.
5. HADAPILAH HAMBATAN DENGAN PENYH KEBERANIAN.
Semakin tinggi yang ingin anda raih, semakin tinggi
hambatan yang akan dilalui. Hambatan akan tampak
menakutkan bila mata kita tidak terarah pada tujuan.
6. BELAJARLAH WAKTU SEBAIK MUNGKIN.
Sukses anda terletak pada puteran waktu.Itu berarti
anda hidup dengan jadwal yang ketat.Yang penting anda
bisa mendisiplin waktu.
7.GUNAKANLAH KEKUATAN IMAJINASI.
Menurut para ahli,imajinasi bisa menggerakan kekuatan
terpendam ( pikiran bawah sadar )
8.KEMBANGKANLAH KEKUATAN ANDA SECARA OPTIMAL.
9.MILIKILAH JARINGAN SOSIAL SELUAS-LUASNYA.
10. BERDOA.

Hadapi aja deh………….

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Setiap manusia pasti punya permasalahan dan itupun terjadi pada diri saya. Tapi gak ada alasan bagi diri saya untuk bilang kalo permasalahan saya adalah permasalahan yang rumit, sulit dan sebagainya deh.

Derajat permasalahan antara diri kita dengan permasalahan yang dialami orang lain seperti saudara-saudara kita, teman-teman kita kayaknya kurang adil deh kalo dibanding-bandingin. Misalnya “Aduuh…. permasalahan gw lebih berat dari Loe ..”.

Masa sih lebih berat? mungkin ya.. tapi itu kurang adil kalo diucapkan ke lawan bicara kita yang memang sedang dalam masalah juga…. Toh sama-sama punya masalah kok. Yang jelas Allah gak mungkin ngasih permasalahan yang gak bisa kita hadapi.

Sering kali kalo saya punya permasalahan pengennya sih diomongin ke temen-temen. Tapi…. saya juga gak pengen nambah masalah bikin temen-temen saya BeTe and ikutan punya masalah… ah…biarin aja deh disimpen sendiri. Toh saya Insyaallah kuat kok hadapin ini semua (note: Dengan Izin Allah dan pertolongan-Nya).

Tapi kadang kala agar dapat solusi dalam menghadapi permasalahan ini dan masalah2 tersebut menjadi ringan enaknya si di tumpahin (dicurhatin) sedikit aja ke temen-temen….maaf ya… dan mungkin cara ini cukup efektif tuk ringankan permasalahan.

———

Senyum kadang kala suliiiiit banget kalo lagi gak moood. terus terang aja deh, saya paling gak bisa manipulasi wajah. Yaa… kalo lagi enak…enak.. tapi kalo ada yang kurang enak tuh…mmmm diusahain senyum deh…toh senyum itu ibadah kok.

Rasulullah pernah berpesan bahwasanya kita jangan menyepelekan amalan-amalan kecil walaupun itu hanya sekedar menampilkan wajah yang ceria di hadapan saudaramu (sesama muslim)…..subhanallah, hadist ini.. hadist yang menyangkut psikologi yang patut kita amalkan. ….smile…

Enak lho kalo ngeliat sahabat-sahabat kita tersenyum and semangat, bawaannya jadi pengen semangat juga. Tapi…..kalo ngeliat yang Bete…hikz…hikzzz jadi mau Bete Juga….and suasana saat itu jadi gak enak aja……Tapi usahakan tersenyum deh supaya gak nambah Bete…. n biasanya kalo ada temen lagi bete kayak gitu and kayaknya kalo disapa malah gak ngerespon sapaan saya…saya jadi kecewa juga tuch… niat baik kita gak bersambut….. hiksssss…..Ah biarin aja deh …hadapin aja… toh Allah yang bakal membalas semua perbuatan kita baik amalan baik ataupun buruk.

Tetap tersenyum aja deh… Aamiiiiiin semoga di dunia tersenyum dan diakhirat tersenyum….

~ by salsabilayugo

Rabu, 03 Desember 2008

Selasa, 02 Desember 2008